A. Pengertian Korelasi
Secara
sederhana, korelasi dapat diartikan sebagai hubungan. Namun ketika
dikembangkan lebih jauh, korelasi tidak hanya dapat dipahami sebatas
pengertian tersebut. Korelasi merupakan salah satu teknik analisis dalam
statistik yang digunakan untuk mencari hubungan antara dua variabel
yang bersifat kuantitatif. Hubungan dua variabel tersebut dapat terjadi
karena adanya hubungan sebab akibat atau dapat pula terjadi karena
kebetulan saja. Dua variabel dikatakan berkolerasi apabila perubahan
pada variabel yang satu akan diikuti perubahan pada variabel yang lain
secara teratur dengan arah yang sama (korelasi positif) atau berlawanan
(korelasi negatif). Kekuatan Hubungan antara 2 Variabel biasanya disebut dengan Koefisien
Korelasi dan dilambangkan dengan symbol “r”. Nilai Koefisian r akan
selalu berada di antara -1 sampai +1.
Perlu diingat :
Koefisien Korelasi akan selalu berada di dalam Range -1 ≤ r ≤ +1
Jika ditemukan perhitungan diluar Range tersebut, berarti telah
terjadi kesalahan perhitungan dan harus di koreksi terhadap perhitungan
tersebut.
Pola / Bentuk Hubungan antara 2 variabel :
1. Korelasi Linear Positif (+1)
Perubahan salah satu Nilai Variabel diikuti perubahan Nilai Variabel
yang lainnya secara teratur dengan arah yang sama. Jika Nilai Variabel X
mengalami kenaikan, maka Variabel Y akan ikut naik. Jika Nilai Variabel
X mengalami penurunan, maka Variabel Y akan ikut turun.
Apabila Nilai Koefisien Korelasi mendekati +1 (positif Satu) berarti
pasangan data Variabel X dan Variabel Y memiliki Korelasi Linear Positif
yang kuat/Erat.
2. Korelasi Linear Negatif (-1)
Perubahan salah satu Nilai Variabel diikuti perubahan Nilai Variabel
yang lainnya secara teratur dengan arah yang berlawanan. Jika Nilai
Variabel X mengalami kenaikan, maka Variabel Y akan turun. Jika Nilai
Variabel X mengalami penurunan, maka Nilai Variabel Y akan naik.
Apabila Nilai Koefisien Korelasi mendekati -1 (Negatif Satu) maka hal
ini menunjukan pasangan data Variabel X dan Variabel Y memiliki
Korelasi Linear Negatif yang kuat/erat.
3. Tidak berkorelasi (0)
Kenaikan Nilai Variabel yang satunya kadang-kadang diikut dengan penurunan Variabel lainnya atau kadang-kadang diikuti dengan kenaikan Variable yang lainnya. Arah hubungannya tidak teratur, kadang-kadang searah, kadang-kadang berlawanan.
Apabila Nilai Koefisien Korelasi mendekati 0 (Nol) berarti pasangan
data Variabel X dan Variabel Y memiliki korelasi yang sangat lemah atau
berkemungkinan tidak berkorelasi.
Tabel Pedoman Kriteria Korelasi :
B. Contoh Korelasi
1. Korelasi Positif
Contoh :
Korelasi dalam intensitas belajar pelajar dengan tingkat prestasi
pelajar tersebut. Dalam hubungan kedua variable di atas, semakin banyak
intensitas belajar pelajar aka n berpengaruh dalam prestasi pelajar.
Orang yang rajin belajar tentunya akan lebih baik dibandingkan orang
yang malas belajar. Korelasi antara intesitas belajar berbanding lurus
dengan prestasinya.
Macam-macam korelasi positif :
- Korelasi positif maksimal atau korelasi positif tertinggi yaitu jika pencaran titik yang terdapat pada peta korelasi apabila dihubungkan antara satu dengan yang lain, akan membentuk satu garis lurus yang condong ke arah kanan.
- Korelasi positif tinggi atau kuat yaitu jika pencaran titik yang terdapat pada peta korelasi sedikit atau beberapa mulai menjauhi garis lurus, terpencar atau berada di sekitar garis lurus tersebut dengan kecondongan ke arah kanan.
- Korelasi positif rendah atau korelasi positif kecil yaitu jika
pencaran titik yang terdapat pada peta korelasi semakin jauh terpencar
atau menyebar menjauhi garis lurus dengan kecondongan ke arah kanan.
2. Korelasi Negatif
Contoh :
Kita bisa menggunakan nilai dan tingkat ketidakhadiran siswa sebagai contoh dalam korelasi negatif . semakin tinggi tingkat ketidakhadiran siswa dikelas, maka nilai yang diperoleh cenderung semakin rendah. Hubungan ini disebut korelasi negatif karena kedua variabel mengalami perubahan ke arah yang berlawanan, yakni dengan meningkatnya ketidakhadiran, maka nilai siswa justru menurun.
Macam-macam korelasi negatif :
- Korelasi negatif maksimal atau korelasi negatif sempurna yaitu jika pencaran titik yang terdapat pada peta korelasi apabila dihubungkan antara satu dengan yang lain, akan membentuk satu garis lurus yang condong ke arah kiri.
- Korelasi negatif tinggi atau kuat yaitu jika pencaran titik yang terdapat pada peta korelasi sedikit atau beberapa mulai menjauhi garis lurus, terpencar atau berada di sekitar garis lurus tersebut dengan kecondongan ke arah kiri.
- Korelasi negatif rendah atau korelasi negatif kecil yaitu jika
pencaran titik yang terdapat pada peta korelasi semakin jauh terpencar
atau menyebar menjauhi garis lurus dengan kecondongan ke arah kiri.
C. Rumus Korelasi
1. Rumus Pearson Product Moment
Koefisien Korelasi Sederhana disebut juga dengan Koefisien Korelasi
Pearson karena rumus perhitungan Koefisien korelasi sederhana ini
dikemukakan oleh Karl Pearson yaitu seorang ahli Matematika yang berasal
dari Inggris.
Rumus yang dipergunakan untuk menghitung Koefisien Korelasi Sederhana adalah sebagai berikut :
(Rumus ini disebut juga dengan Pearson Product Moment)
(Rumus ini disebut juga dengan Pearson Product Moment)
r = nΣxy – (Σx) (Σy)
. √{nΣx² – (Σx)²} {nΣy2 – (Σy)2}
Dimana :
n = Banyaknya Pasangan data X dan Y
Σx = Total Jumlah dari Variabel X
Σy = Total Jumlah dari Variabel Y
Σx2= Kuadrat dari Total Jumlah Variabel X
Σy2= Kuadrat dari Total Jumlah Variabel Y
Σxy= Hasil Perkalian dari Total Jumlah Variabel X dan Variabel Y
Σx = Total Jumlah dari Variabel X
Σy = Total Jumlah dari Variabel Y
Σx2= Kuadrat dari Total Jumlah Variabel X
Σy2= Kuadrat dari Total Jumlah Variabel Y
Σxy= Hasil Perkalian dari Total Jumlah Variabel X dan Variabel Y
2. Korelasi Ganda
Korelasi pada (multyple correlation) merupakan angka yang menunjukkan arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel secara bersama-sama atau lebih dengan variabel yang lain.
Rumus korelasi ganda dua variabel ditunjukkan pada rumus berikut :
dimana :
Ry.x1x2 = korelasi ganda antara variabel X1 dan X2 secara bersama-sama dengan variabel Y
ryx1 = korelasi product moment X1 dengan Y
ryx2 = korelasi product moment X2 dengan Y
rx1x2 = korelasi product moment X1 dengan X2
Jadi untuk dapat menghitung korelasi ganda, maka harus dihitung terlebih dahulu korelasi sederhananya dulu melalui korelasi product momet pearson.
3. Korelasi Parsial
Korelasi parsial adalah suatu metode pengukuran keeratan hubungan (korelasi) antara variabel bebas dan variabel tak bebas dengan mengontrol salah satu variabel bebas untuk melihat korelasi natural antara variabel yang tidak terkontrol. analisis korelasi parsial melibatkan dua variabel.
D. Contoh Kasus Analisis Korelasi Sederhana
Tabel berikut adalah hasil observasi terhadap sampel acak yang terdiri dari 7 desa di kota Cikarang mengenai pendapatan dan pengeluaran kesehatan penduduk
Rumus korelasi sederhana
r = nΣxy – (Σx) (Σy)
. √{nΣx² – (Σx)²} {nΣy2 – (Σy)2}
r = 7(163) – (40) (26)
. √{7(244) – (40)²} {7(116) – (26)2}
r = 1141 – 1040
. √{1708 - 1600} {812 - 676}
r = 101
. √{108} {136}
r = 101
. √14688
r = 101
. 121,1940593
r = 0,833
Jadi, jenis korelasi antara pendapatan dan pengeluaran kesehatan penduduk termasuk dalam jenis korelasi positif dengan tingkat keeratan yang kuat.
Referensi
bagus artikelnya mampir juga ke blog saya kak
BalasHapusazzahra-official.com